Berlebihan untuk mengharapkan inspirasi dari film The Green Hornet ini. Tak ada apapun di sini kecuali strategi dan konsep pemasaran serta merchandising yang bagus. Tak ada ide-ide segar yang muncul. Skenarionya ditulis Seth Rogen dan Evan Goldberg berdasarkan acara radio zaman dulu. Walaupun kita merasa mereka sudah berusaha keras, hasilnya adalah cerita yang berantakan, lemah secara konsep, dan tidak ada interest yang mengakar walaupun banyak dialog yang menyegarkan.
Sutradara Michel Gondry seharusnya tahu bahwa dia tidak bisa membuat film bagus dengan materi cerita yang kurang bagus. Tak banyak yang bisa dia lakukan kecuali mengusahakan yang terbaik dengan materi pas-pasan dengan cara mengoptimalkan
visual. Tetapi tidak banyak yang bisa dia lakukan dengan ceritanya dan juga karakter-karakter yang justru menjadi halangan baginya.
Rogen juga bermain sebagai Britt, playboy manja yang mewarisi sebuah surat kabar dan kerajaan media ketika ayahnya (Tom Wilkinson) meninggal. Britt melewatkan masa berkabung bersama temannya Kato (Jay Chou), mantan mekanik sang ayah, dan mereka lantas menyelamatkan sepasang sejoli dari genk jalanan. Inilah saat Britt mendapat ide untuk menjadi superhero - melakukan hal baik sambil melestarikan image penjahat - image yang dipromosikannya di korannya.
Sementara, penjahat sesungguhnya adalah seorang mafia Eropa Timur yang menguasai semua aktivitas ilegal di kota itu. Mafia ini dimainkan oleh Christoph Waltz yang di film ini diperkenalkan dalam sebuah scene yang sangat memuaskan. Waltz muncul di klub malam untuk berbicara dengan pemiliknya, yang telah menciptakan bisnis kristal meth tanpa memberikan sang mafia bagiannya. Sekarang, dia menagih bagiannya dan ternyata ditertawakan oleh sang pemilik klub.
Permasalahan film ini adalah komitmen Rogen dan Goldber untuk menampilkan gagasan bahwa Britt adalah seorang idiot yang komikal. Ini menjadi batasan bagi karakter dan film secara keseluruhan. Karakter Britt hanya ditampilkan sebagai pewaris harta yang dungu, bisa dibilang sebuah parodi dari pewaris kekayaan maha dahsyat. Saat tiba saatnya kekerasan, tidak ada yang peduli dengan sosoknya - selain dungu - juga manja.
Sutradara Michel Gondry seharusnya tahu bahwa dia tidak bisa membuat film bagus dengan materi cerita yang kurang bagus. Tak banyak yang bisa dia lakukan kecuali mengusahakan yang terbaik dengan materi pas-pasan dengan cara mengoptimalkan
visual. Tetapi tidak banyak yang bisa dia lakukan dengan ceritanya dan juga karakter-karakter yang justru menjadi halangan baginya.
Rogen juga bermain sebagai Britt, playboy manja yang mewarisi sebuah surat kabar dan kerajaan media ketika ayahnya (Tom Wilkinson) meninggal. Britt melewatkan masa berkabung bersama temannya Kato (Jay Chou), mantan mekanik sang ayah, dan mereka lantas menyelamatkan sepasang sejoli dari genk jalanan. Inilah saat Britt mendapat ide untuk menjadi superhero - melakukan hal baik sambil melestarikan image penjahat - image yang dipromosikannya di korannya.
Sementara, penjahat sesungguhnya adalah seorang mafia Eropa Timur yang menguasai semua aktivitas ilegal di kota itu. Mafia ini dimainkan oleh Christoph Waltz yang di film ini diperkenalkan dalam sebuah scene yang sangat memuaskan. Waltz muncul di klub malam untuk berbicara dengan pemiliknya, yang telah menciptakan bisnis kristal meth tanpa memberikan sang mafia bagiannya. Sekarang, dia menagih bagiannya dan ternyata ditertawakan oleh sang pemilik klub.
Permasalahan film ini adalah komitmen Rogen dan Goldber untuk menampilkan gagasan bahwa Britt adalah seorang idiot yang komikal. Ini menjadi batasan bagi karakter dan film secara keseluruhan. Karakter Britt hanya ditampilkan sebagai pewaris harta yang dungu, bisa dibilang sebuah parodi dari pewaris kekayaan maha dahsyat. Saat tiba saatnya kekerasan, tidak ada yang peduli dengan sosoknya - selain dungu - juga manja.
Sutradara : Michel Gondry
Skenario : Seth Rogen, Evan Goldberg
Pemain : Seth Rogen, Jay Chou, Christoph Waltz
Kelebihan dari film ini adalah, cerita yang tidak flat, sangat menghibur dan imajinatif. Karena di dalam film ini terdapat suatu tokoh yang memang dibuat sekonyol mungkin untuk mendapatkan perhatian dari penontonnya. Film ini bisa menjadi terobosan untuk anda yang mau nonton film action comedy.
Kekurangan dari film menurut saya adalah sedikit bertele-tele dalam mencapai akhir dari film tersebut, hal ini saya sampaikan tidak untuk mengurangi kesan baik film tersebut.
Referensi :
1. http://www.resensifilmbagus.blogspot.com/2011/02/green-hornet-pahlawan-yang-manja.html#more
2. http://www.sfgate.com/cgi-bin/article.cgi?f=/c/a/2011/01/14/MVUT1H8ELI.DTL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar